Minggu, 31 Oktober 2010

Hatebreed Berbela Sungkawa

Band hardcore metal asal Amerika, Hatebreed saat di jumpai di preskon yang di gelar di kantor Prambors, Blok M. Jakarta Selatan, Rabu (27/10) ini menyampaikan bela sungkawanya atas bencana yang menimpa di Indonesia beberapa pekan ini. Mereka berharap konsernya nanti bisa memberikan suntikan semangat bagi semuanya."Kami ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Maka dari itu kami berharap konser kami bisa memberikan suntikan semangat bagi mereka (korban) dan penonton yang datang," ujar gitaris, Wayne Lozinak.
Wayne menambahkan isu teroris di Indonesia yang santer di luar membuat mereka tak gentar untuk melangsungkan tur Rise Brutality Asian Tour 2010 ke Indonesia. Mereka juga telah bvertanya dengan band yang pernah main di Indonesia dan semuanya mengatakan aman.
"Semua band yang pernah kita tanya semuanya bilang Indonesia aman. Jadi nggak ada alasan buat kita takut," paparnya.
Setelah berhasil membuktikan sendiri, Wayne dan personel Hatebreed lainnya kagum dengan Indonesia. mereka menilai bahwa Indonesia adalah negara yang hebat serta besar.
Setelah kita datang dan sudah buktikan Indonesia aman dan bagi kami Indonesia negara yang hebat dan ini negara yang besar," pungkasnya.
Wayne juga menambahkan bahwa semua penggemarnya di facebook banyak yang berasal berasal dari Indonesia. "Fans kami di facebook kebanyakan dari Indonesia," tandasnya. (kpl/ato/faj) yahoo

Sabtu, 30 Oktober 2010

Kangen Band

Kangen Band, Grup band yang satu ini adalah grup band pendatang baru yang berasal dari Lampung . Meski terbilang sebagai pendatang baru, namun band yang personelnya terdiri dari Dodhy, Andika, Tama, Lim, Nory, dan Barry itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Kangen Band tidak fenomenal, tapi cukup mengagetkan. Jalan mereka menembus label itu tergolong mudah. Padahal tahukah kamu, usaha band ini menembus blantika musik Indonesia tergolong unik.Kangen Band awalnya dikenal di seputaran Lampung dan sekitarnya. Maklumlah, mereka memang berdomisili di bumi Lampung.

Band yang dibentuk 4 Juli 2005 itu, didirikan oleh Dody. Alasan memberi nama Kangen Band, menurut Dody simpel saja, supaya orang yang mendengar lagu-lagu mereka selalu kangen untuk mendengar lagi. Meski terkesan ndeso, toh nama itu pula yang melejitkan mereka. Di Lampung, prestasi mereka lumayan. Mereka langganan juara festival musik. Sempat meraih tropi Walikota Lampung untuk Festival Indie Band dan membawa predikat best vokal dan best song tahun 2005 silam.

Dari karya sendiri yang mereka buat, beberapa lagu kemudian dikirim ke radio-radio. Lirik yang membumi, suara yang sudah akrab dengan publik Lampung, membuat Kangen Band menjadi salah satu high request di radio-radio. Tak Cuma di Lampung ternyata, karena menyebar juga ke Palembang, Medan, malah menembus Sulawesi sampai Manado. Beberapa wartawan Jakarta sempat ‘kebingungan’ ketika liputan di Sulawesi dan ditanya soal Kangen Band. “Siapa band ini, sampai semua bertanya?” celetuk beberapa rekan wartawan.

Sukses indie, kangen Band diendus oleh ‘bajakers’ [pembajak]. Meski belum pernah rilis album, tapi nyaris di semua lapak-lapak VCD dan CD bajakan, selalu memutar lagu-lagu band yang semua lagunya ngomong soal cinta ini. Sering dianggap merugikan, toh namanya terkatrol juga lewat bajakan ini. “Kami malah sering disebut band hantu, karena ada karya tapi bandnya sendiri belum ada albumnya,” sahut Dody sambil terkekeh. Gara-gara band ini juga, salah satu mall di Jakarta terpaksa membatalkan show case-nya, lantaran penonton yang datang melebihi kapasitas mall itu sendiri. “Takut ada apa-apa,” kilah Dody, yang mencipta semua lagu di album pertama ini.

Kini, Kangen Band tak perlu pusing soal distribusi. Lewat Warner Music Indonesia yang akhirnya menggaetnya, mereka merilis album utuh bertitel Tentang Aku, Kau & Dia [2007]. Dalam album tersebut terdapat lagu Tentang Bintang, Tentang Aku Kau dan Dia, Jika, Selingkuh, Karma, Penantian Yang Tertunda, Bidadariku Surgaku, Adakah Jawabnya, Petualang Cinta dan Menunggu.

Lagu populernya Tentang Bintang dan Selingkuh menjadi hit yang populer di masyarakat. Kedua lagu tersebut juga populer menjadi nada sela dan RBT (Ring Back Tone). Bahkan di ajang SCTV Award,Kangen Band berhasil masuk sebagai Grup Band Terfavorit.

Selang setahun kemudian, 2008 Kangen Band langsung merilis 2 album sekaligus."Yang Sempurna", yang merupakan repackage dari album perdananya, dan album "Bintang 14 Hari", yang menjagokan lagu Doy, Bintang 14 Hari, dan Yolanda.

Pada 6 Mei 2009, Kangen Band merilis album ketiga mereka yang diberi judul "Pujaan Hati", dengan hit single Terbang Bersamaku dan Pujaan Hati. Selain itu, Kangen Band juga bakal merilis album versi karaoke.

Melly Goeslaw

Mellyana
Perempuan
Islam
Jakarta, 07 Januari 1974
 

Melly Goeslaw memiliki nama asli Mellyana, lahir pada 7 Januari 1974. Ia adalah salah satu penyanyi dan penulis lagu populer yang telah mengorbitkan banyak penyanyi.

Putri tunggal dari pasangan Ersi Sukaesih dan (Alm) Melky Goeslaw ini telah sukses menciptakan banyak lagu, di antaranya lagu berjudul Jika dimana dirinya berduet bersama mantan vokalis band Dewa 19, Ari Lasso. 

Kemudian menyusul kesuksesannya menciptakan lagu Menghitung Hari yang dibawakan oleh Krisdayanti serta lagu Hati Yang Terpilih yang dibawakan Rossa.

Selain itu lagu-lagu istri musisi Anto Hoed ini banyak menjadi sountrack film, di antaranya, Ost. Ada Apa Dengan Cinta (2002), Ost. Eiffel Im In Love (2003) dan Ost. Apa Artinya Cinta (2005). Selain itu ia juga merilis album bertajuk Intuisi (2004) dan Mindsoul (2007), yang beberapa lagunya memiliki bit lebih cepat.

Melly bersama Anto Hoed saat ini lebih sering terlibat dalam pembuatan soundtrack film layar lebar ketimbang album pribadi. Melly yang namanya masuk dalam jajaran 17 Class Music Heroes ini dipercaya menangani soundtrack film religi, KETIKA CINTA BERTASBIH. Di soundtrack film ini pula, Melly menyanyikan lagu Ketika Cinta Bertasbih.

Seperti kebanyakan penyanyi lain,Melly juga punya impian mengadakan konser tunggal. Dan di tahun 2009, impian itu bakal terwujud. Dengan dimotori oleh KD Production milik artis Krisdayanti, Melly akan menggelar konser. Konser tunggal bertajuk Glow ini diselenggarakan pada Agustus 2009.

Terkait dengan konser Glow, muncul rumor mengejutkan yang mengatakan uang sebesar ratusan juta yang harusnya menjadi hak Melly belum dibayarkan olehKrisdayanti selaku pemilik KD Production. Akibatnya hubungan di antara mereka jadi merenggang dan tidak enak lagi. Namun, Anto, suami Melly membantah kabar ini. 

Melly yang merasa negara belum memberikan hak-hak sepenuhnya, membentuk GASS (Gabungan Artis dan Seniman Sunda). Dia pun ditunjuk sebagai ketua organisasi ini.

Kabar tak mengenakkan menerpa Melly. Ia dituduh sebagai pengganggu rumah tangga orang lain. Hal ini bermula saat Melly butuh bantuan untuk mengurus STNK mobilnya, Enjang Hasan Kurnia, suami Masnawati, yang sebelumnya ingin dibantu albumnya olehMelly. Tapi dalam prosesnya, Waty, menilai hubungan Melly dan Enjang menjadi sanga dekat, dan menurutnya tidak wajar.

Goliath Bakal Panen Rejeki!

Sumber : indonesia tunes

umat, 19 Maret 2010
Band yang baru seumur jagung, Goliath, tengah berbangga hati. Maklum, dalam kurun waktu 3 minggu saja RBT singel keduanya yang bertajuk "Cinta Monyet" mampu menduduki posisi pertama di Telkomsel dan nomor dua di Indosat.

Hebatnya lagi, band yang terbentuk pada 7 Februari 2009 ini juga meraih 3,6 juta downloader untuk single "Masih Disini Denganmu (MD2)" yang dirilis bulan November 2009 lalu.

"Dapat kabar dari Telkomsel kemarin, single kita yang Cinta Monyet menempati nomor satu, RBT yang terlaris. Shock, kaget dan sedikit nggak percaya karena itu baru 3 minggu release, ini satu penghargaan buat kita dan tentunya akan kita jaga. Apalagi kita dengar single pertama kita yang berjudul Masih Di Sini, Masih Denganmu capai 3,6 juta downloader, kami lebih kaget lagi," ungkap Ary, vokalis Goliath saat ditemui di La Codefin, Kemang, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Band yang digawangi Ary (vokalis), Gie (drummer), Ardy (keyboardis), Rizal (gitaris), Day (gitaris) dan Izzwa (bassis) ini merasa perjuangan mereka selama ini akhirnya terbayar dengan prestasi yang mereka raih saat ini. Semua yang mereka raih saat ini tentunya tak lepas dari doa orang tua mereka dan para penggemar mereka yang mereka namai Golovers dan juga promo yang hebat dari pihak Falcon.

"Naik motor ke Jakarta, kehujanan kita nggak menyerah, hidup rock and roll, ya mungkin ini rejeki dari Allah yang diberikan ke kita, kita patut syukuri. Ya, akhirnya terbayar juga. Kita pengen nyenengin orang tua, pengen mereka berangkat haji. Terima kasih buat keluarga, Golovers, terima kasih banyak dan juga untuk falcon," pungkas Ary bangga. (kapanlagi/bug)

Rabu, 27 Oktober 2010

BONDAN PRAKOSO

http://photos-p.friendster.com/photos/56/23/80763265/1_292878690l.jpgNama Lengkap : BONDAN PRAKOSO
Nama Panggilan : MR B
TTL : 8/MEI/1984
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Nama Ibu : Lili Yulianingsih
Nama Bapak : Sisco Batara
Agama : Islam
Pendidikan : Lulusan D3 Sastra Belanda UI
Pekerjaan : Musisi, Produser
Hobby : Musik, Membaca, Menonton Film
Musisi/Band Favorit : Les Claypool (Primus), Muse, Dave Mathews Band
Referensi Buku : Huru Hara Kiamat, Jangan Bersedih, Chicken Soup
Makanan Favorit : Chicken Teriyaki, Nasi Goreng Hati/Pete.
Minuman Favorit : Air Mineral
Alamat : PO BOX 1281 JKS 12012


1988-1995
8 ALBUM CHILD SINGER
Singer


:: 1999-2001
2 ALBUM WITH FUNKY KOPRAL
Bassis,Music Producer
Universal Music Indonesia
Group Alternatif terbaik AMI SHARP AWARD 2001

:: 2002
1 ALBUM COLABORATION SETIAWAN DJODY FEAT
FUNKY KOPRAL
Bassis
AIRO RECORD
Kolaborasi Rock Terbaik AMI SHARP AWARD 2003


:: 2005
BONDAN PRAKOSO & FADE 2 BLACK
ALBUM : RESPECT
Producer,Composer,Arranger,Singer,Bass&Guitar
and All Instrument
Sony BMG

:: 2006
BASS HEROES (13 Top Bass Player Indonesia)
Bondan Prakoso,Thomas “gigi”,Rindra “padi”,
Bongki “bip”,Ronny “cokelat”,Adam “so7”,Indro,
Bintang,Iwan Xaverius,Ari Firman,Arya,
Barry likumahua,Nissa “Omllete”
Sony BMG
Break The Record MURI (Museum Record Indonesia)
Penampilan Bassis terbanyak dalam satu panggung

Alat Musik Sasando

Sasando, Agar Bisa Hidupi Musisi Timor

Oleh: Andri Oktavia
Sumber: Iwan Fals

Nusantara menyimpan banyak pluralisme. Baik itu bahasa, golongan, suku bangsa, kesenian, termasuk di dalamnya alat musik tradisional. Sasando, salah satunya. Alat musik tradisional ini berasal dari Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Roten Rao.

Awal minggu ini, iwanfals.co.id bertemu dengan Petrus (55). Musisi Tradisional Roten Rao, yang hidup dari bermusik Sasando di Tanah Jawa. Lebih tiga bulan, dia bekerja sebagai musisi di sebuah Hotel Kawasan Puncak, Bogor, meninggalkan ketiga orang anak dan istrinya di kampung halaman.

Seorang diri dia memainkan alat musik petik ini, lengkap dengan Ti’i Tilangka (Topi Khas Timor -red) plus pakaian adat Roten, di salah satu sudut hotel, sebuah pemandangan menarik, diantara orang yang hilir mudik melintas.

Dia mengisahkan, tiga bulan yang lalu seorang kurir milik pengusaha hotel tersebut menyambanginya, di desa. Maksudnya jelas, mengajak Petrus bekerja di sebuah hotel kawasan Bogor. Lantas, seluruh perjalanannya dilakukan. Menyeberangi beberapa lautan dengan pesawat menuju Jakarta. Di Bandara, Petrus sudah dijemput oleh utusan pimpinannya, yang langsung membawanya ke kesejukan hawa Puncak, Bogor.

Di kampung halamannya, Petrus sehari-harinya berkerja sebagai petani ladang. Oleh kalangan masyarakat sekitar dia dikenal piawai memainkan alat musik Sasando. Petikannya khas, halus, cepat, dan nada yang diperdengarkannya asyik untuk disimak. Kendati bisa dimainkan kapan saja, namun menurutnya lebih asyik menyimak alunan Sasando, saat malam hari dan suasana yang sunyi. ”Mendengarkan alunan alat musik ini di keheningan malam, saat yang tepat sekali,” tambah Petrus.

Disampaikannya, Roten merupakan kawasan yang tandus. Namun, meski demikian, masyarakat Roten biasa hidup dari berladang. Hasil utama kabupaten tersebut adalah padi, bawang merah, bawang putih dan labu. Disamping itu, dari Kupang, Roten masih dipisahkan oleh laut, memakan waktu lebih tujuh jam perjalanan. Itu mengapa, karena dikelilingi oleh lautan, banyak pula masyarakatnya yang hidup sebagai nelayan.

Kendati demikian, baginya hidup di desa, tidak bisa dikatakan mudah. Bahkan mencari uang di kampung halaman dirasanya sulit. ”Disana mencari uang amat sulit,” urainya kepada iwanfals.co.id. Oleh karena itu, dia tak menyia-nyiakan kesempatan emas, ketika ditawari bekerja memanfaatkan kemampuannya bermain Sasando ke Bogor, kendati beratus mil jaraknya dari rumah.

Sebetulnya, bekerja dari keahlian memainkan Sasando hingga merantau, bukan baru kali ini saja dilakukan. Tahun 1998 dan 2007, dia pernah pergi dari kampung halamannya, bermain Sasando di hotel dan sebuah pesta keluarga, masing-masing di Bali dan Salatiga. Namun, keduanya hanya memakan waktu sebulan.

Dia mengaku senang, tinggal di Bogor. Karena disamping berpenghasilan tetap, dia juga bisa memperkenalkan Sasando kepada masyarakat luas, alat musik yang sudah dikenalnya semenjak kecil, yang kini memberinya penghasilan Rp 1,5 juta tiap bulan.

Petrus menyampaikan, saat kecil dia memang sudah mempelajari alat musik ini. Awalnya dia sering melihat ayahnya memainkan. Sesudahnya, dia kerap membunyikan alat musik ini seorang diri, terutama ketika sedang tidak digunakan oleh ayahnya. Lama kelamaan, akhirnya dia diajari juga oleh ayahnya bagaimana memainkan alat musik ini dengan benar.

Di daerah asalnya, Sasando yang tidak bisa digunakan untuk mengiringi lagu-lagu populer ini, kerap dimainkan saat digelar upacara adat, semisal merayakan syukuran setelah panen, ulang tahun, pernikahan, pesta keluarga, dan sebagainya.

Alat musik ini tidak menyimpan legenda atau aroma mistik dalam penggunannya. Apalagi memiliki hubungan dengan hal tersebut. Alat musik ini, menurut Petrus, juga tidak memiliki tangga nada tertentu untuk memainkannya. ”Semuanya berdasar feeling saja,” urainya.

Oleh karena itu tidak mengherankan menurutnya, di daerah asal alat musik ini banyak orang yang memainkannya, namun kurang asyik didengarkan, atau malah tidak benar nadanya, karena sepenuhnya memang disajikan berdasarkan feeling.

Beberapa lagu tradisional masyarakat Roten Rao kerap diiringi oleh alat musik ini, diantaranya Batu Matea, Teorenda, dan Ronggeng Biasa. Dalam penyajiannya biasa diiringi oleh sepasang penari wanita dan dua orang pemusik Sasando.

Alat musik ini memang tak pernah lepas dari tumpahan rasa suka cita masyarakat Roten, sesuai dengan legenda saat alat musik ini, yang diciptakan oleh dua orang pemburu Timor, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.

Ceritanya, kedua pemburu yang merupakan leluhur atau nenek moyang masyarakat Timor yang sekarang ini, bersuka cita karena hasil buruannya cukup banyak saat itu. Ketika beristirahat di sebuah hutan, mereka mulai membuat dan memainkan alat musik, yang lantas diberi nama Sasando.

Kepada iwanfals.co.id, dia mengaku tidak bisa memberikan makna selengkapnya mengenai arti nama Sasando. Dia mengatakan, lebih kurangnya Sasando memiliki arti, menikmati hasil dengan penuh keriangan bersama masyarakat banyak.

Saat itu, praktis menurut Petrus bagian dari alat musik Sasando adalah bagian dari tanam-tanaman. Batang petik terbuat dari bambu, body Sasando yang berfungsi sebagai ruang resonansi, terbuat dari daun lontar. Sementra senarnya terbuat dari kulit pohon di hutan.

Mulai generasi kedua, hingga saat ini, sesuai dengan perkembangan zaman ada yang berubah. Senar Sasando yang terbuat dari kulit pohon, berganti dengan senar yang diambil dari tali rem sepeda motor. Kecuali itu, bagian lainnya tetap terjaga keasliannya.

Petrus juga mengaku kerap membuat sendiri alat musik Sasando yang dimainkannya. Membuat sasando menurutnya tidak membutuhkan waktu yang lama, kecuali daun lontar sebagai ruang resonansi, yang mesti dijemur seharian sebelum digunakan.

Memainkannya pun tidaklah terlampau sulit. Untuk memetik 11 senar yang terdapat di Sasando, Petrus membagi kerja kedua jemari tangannya. Tangan kanan menguasai enam senar, sementara lima senar yang lainnya dipetik oleh tangan kiri, tanpa melibatkan ibu jari, karena letak senar yang berada di bagian belakang batang petik.

Memainkannya mirip memainkan Harpa, butuh keaktifan delapan jari, sementara bunyi senarnya, ada yang merupakan bunyi lengking ibarat melodi, maupun suara ”berat” seperti bunyi bass. Uniknya, tidak ada patokan tangga nada dalam memainkan jenis alat musik ini. Kemerduan hasil petikan jemari bergantung dari siapa yang memetiknya. Petrus, adalah salah satu yang terbaik di Kabupaten Roten.

Kendati bertekad membesarkan dan memperkenalkan alat musik khas Timor ke seantero nusantara, dia mengaku sedih, sebab minat anak-anak muda sekarang dinilainya rendah untuk mempelajari alat musik itu. Dia juga berharap upaya dari pemerintah untuk melestarikannya, hingga bisa mengangkat nama dan nasib para musisi Timor. ”Saya ingin alat musik ini dikenal dan bisa menghidupi musisi Timor,” tandasnya.

Pengikut